Selasa, 02 November 2010

Cricula Triphenestrata

TEMPO Interaktif, Yogyakarta: Tadinya, kokon atau kepompong ulat sutra liar yang banyak bertebaran di kawasan pedesaan di Yogyakarta sering disia-siakan masyarakat. Paling-paling ulatnya dimakan manusia, dan kupunya dijadikan makanan ayam.
Tapi kini tidak lagi. Kepompong-kepompong itu telah bersalin rupa menjadi benang dan kain berharga hingga jutaan rupiah. Semuanya berkat kreativitas 41 orang perajin di perusahaan kerajinan tangan PT Yarsilk Gora Mahottama.
Pemimpin Yarsilk, Gusti Kanjeng Ratu Pembayun, menjelaskan bahwa perusahaan ini bergiat di usaha pengolahan kokon, pembuatan benang, serta pengerjaan aneka kerajinan. "Kepompong sutra liar itu jenis yang spesial," kata putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X ini kepada Tempo di Yogyakarta, Rabu lalu.

Kepompong sutra liar yang dimaksud Pembayun adalah jenis Attacus dan Criculla. Berbeda dengan kepompong ulat sutra budidaya yang hidup di pohon murbei, ulat sutra liar hidup alami di pohon-pohon inangnya, seperti mahoni, jambu mete, sirsak, dan alpukat.

Keunggulan kepompong ulat sutra liar itu disebutkan pula dalam hasil penelitian guru besar Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, J. Situmorang, pada 1995. Ia menemukan warna sutra liar lebih natural dan tidak memerlukan pewarnaan lagi.
Warna asli Criculla adalah kuning emas, dan Attacus cokelat. Warna-warna ini bergantung pada masing-masing pohon inangnya. Keunggulan lainnya, jika dibuat pakaian, tidak menimbulkan gatal, tidak panas, mampu menyerap keringat, serta lebih lembut.

Temuan itulah yang memicu Pembayun merintis usaha lewat pendirian Yarsilk, yang berlokasi di Jalan Ahmad Dahlan, Yogyakarta, pada 1998 dengan modal awal Rp 500 juta.

Kegiatan produksi Yarsilk dimulai pada 1 Juni 1999 dengan membuat kebun percontohan hingga mempunyai lahan sendiri pada 2002 di Desa Karangtengah, Bantul. Letaknya di sisi selatan Yogyakarta seluas 55 hektare, yang diolah warga setempat bersama 100 keluarga transmigran.
Lahan tersebut dikelola Yayasan Royal Silk, yang berkolaborasi dengan Yarsilk. Di Yayasan Royal, Pembayun menjadi pembina, sedangkan ketuanya adalah Fitriana Kuroda, yang sekaligus menjadi Direktur Pemasaran Yarsilk.
Dalam sehari Yarsilk bisa membeli kepompong dari warga sebanyak 3 kilogram atau sekitar 7.500 buah kepompong. Satu kilogram benang Attacus dihargai Rp 1,5 juta. Adapun 1 kilogram benang Criculla dibanderol Rp 1,7 juta. "Tujuan kami adalah ekspor ke Jepang," tutur Pembayun.
Untuk mencapai tujuan itu, perajin Yarsilk dibimbing tim ahli dari Jepang mulai dari riset hingga pembuatan benang. "Kami menganggap, kalau sudah bisa diterima di Jepang, di negara lain pasti lebih mudah," ucapnya. Kini Yarsilk telah mempunyai ruang pamer di Tokyo, Jepang.
Dalam sebulan, sekitar 20-23 kilogram benang sutra liar telah dikirim ke Jepang. Sampai di sana, barulah benang tersebut diolah menjadi kain untuk dibuat kimono. "Menurut orang Jepang, kualitas kimono yang baik adalah yang keawetannya bisa sampai 50 tahun," ucapnya.

Kain yang ditenun dari benang sutra liar bisa berwujud kain dengan motif batik yang langsung dari alatnya. Itu berkat keunggulan kepompong sutra liar yang selain menghasilkan warna kemilau, mempunyai gradasi garis yang unik.

Dia pun mantap menjadikan Jepang sebagai pangsa pasar utamanya. Alasannya, baru negara itu yang bisa mengapresiasi produk-produk mereka. "Tidak cuma untuk dikenakan, orang Jepang juga mengapresiasi produknya dari sisi seni," tutur Pembayun.

Konsumen di Yogyakarta maupun Indonesia belum banyak. Meski demikian, Yarsilk tetap menjual benang yang dibutuhkan konsumen dalam negeri untuk membuat stola dan aneka kerajinan dari benang sutra liar.

Perusahaan Pembayun mampu membuat benang sebanyak 25 kilogram dalam sebulan. Satu kilogram kokon bisa menghasilkan benang sekitar 10 meter. Sisa benang ekspor digunakannya membuat produk yang dipasarkan sendiri di Indonesia, seperti stola, kain, dan aneka kerajinan tangan.

Pembayun menjelaskan, ada dua alasan yang menggerakkan Yarsilk memilih usaha pemintalan sutra liar. Pertama, mereka ingin memanfaatkan barang berharga yang selama ini terabaikan, sekaligus membuka peluang bagi petani untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Kedua, produknya ramah lingkungan. Artinya, tidak satu pun hewan serangga yang dikorbankan. Seluruh proses berlangsung secara alamiah. Yakni, setelah kepompong itu menjadi kupu-kupu, maka pelindungnya (sutranya) akan jatuh.

Produk-produk yang dihasilkan dari bahan baku kepompong ulat sutra pun cukup banyak, sebagaimana yang dipajang di ruang pamer Ahmad Dahlan. Di dalam bangunan kuno yang dulu dipakai penjajah Belanda sebagai balai kota itu terdapat aneka kerajinan tangan dengan bermacam bentuk.

Misalnya tas, buku, sampul payung, penyekat ruangan, kain, kimono, obi atau pengikat pinggang pada kimono, dan baju. Harga kerajinan tangan berkisar Rp 15 ribu sampai Rp 300 ribu. Aneka tas Rp 60-380 ribu. Sedangkan kain bisa mencapai Rp 500 ribu per meter.

Pembuatan produk Yarsilk saat ini masih bersifat non-mass production, sehingga kapasitas produknya pun terbatas. "Karena kami ingin kualitas yang baik, bukan pada banyaknya produk," kata Pembayun.

Kendala yang dihadapi Yarsilk adalah mahalnya harga jual produk karena proses produksinya yang sangat panjang dan rumit. Ihwal itu pula yang membuat minimnya minat konsumen Indonesia.

Tantangan lain, kedua jenis ulat sutra itu hanya menghasilkan kokon selama musim penghujan. Akibatnya, Yarsilk selalu harus menimbun berton-ton bahan baku pada musim penghujan untuk mencukupi kebutuhan produksi selama sembilan bulan. "Jangan khawatir, benang sutra bisa tahan hingga puluhan tahun," ujarnya.

"Lihat, kokon ulat sutra ini berwarna keemasan. Kami menanam pohon tidak hanya agar ulat hidup, tetapi juga agar hidup kami membaik," tutur Sabar. Siang itu, warga Karang Tengah, Imogiri, Kabupaten Bantul, ini memandu orang-orang dari Keraton Yogya, pemda, dan penumpang Garuda Indonesia rute Jepang menyusuri hutan desanya.
Hutan Desa Karang Tengah berjarak 15 kilometer arah tenggara Kota Yogyakarta, atau 2 km dari pemakaman raja-raja Jawa Imogiri, yang dibangun Sultan Agung Hanyokrokusumo pada 1645. Topografinya berbukit-bukit dan bukit Imogiri menjadi pusatnya.
Sabar mengajak tamunya berkeliling, memamerkan reboisasi di hutan itu yang akan mengubah lahan kritis menjadi hutan budidaya ulat sutra. Sesekali, ia memperlihatkan ulat-ulat sutra yang hidup di pohon jambu mete, alpukat, sirsak, mahoni, dadap, dan keben.
Sabar, yang berpakaian hitam-hitam lengkap dengan sepatu laras, selalu mengawali jawaban dengan kata ”siap!” bila mendapat pertanyaan. Sikapnya lebih mirip anggota paramiliter daripada abdi dalem keraton. Lahan yang dipijaknya saat itu merupakan Sultan Ground, atau lahan milik Keraton Yogyakarta Hadiningrat.

Kehidupan Sabar, seperti umumnya warga Desa Karang Tengah, jauh dari sejahtera. Tinggal di kawasan berbukit-bukit membuat warga mustahil menanam padi, apalagi air sulit didapat. Di sana juga terdapat transmigran lokal, di antaranya pedagang dari Parangtritis, korban gempa bumi Yogya. "Kami dapat banyak tawaran lokasi, di antaranya Kaliurang. Namun, lebih baik di Karang Tengah sekaligus memberdayakan masyarakat kurang beruntung," kata Direktur PT Yarsilk Gora Mahottama Fitriani Kuroda.
Fitriani adalah eksportir benang sutra ke Jepang. Ia kerap bekerja sama dengan Gusti Pembayun, putri sulung Sultan Hamengkubuwono X, untuk mengembangkan ulat sutra. Gusti Pembayun-lah yang memperkenankan Sultan Ground Karang Tengah untuk disulap menjadi koloni ulat sutra.
Cerita ulat sutra di Sultan Ground itu bermula dari Profesor Hiromu Akai, Ketua Perkumpulan Sutra Liar Dunia, yang ”mencekoki” pikiran kerabat Keraton Yogyakarta, termasuk Fitriani, bahwa ulat sutra Indonesia sangat bernilai. Ulat sutra itu bukan yang dibudidayakan, tetapi ulat sutra yang liar.
Sebelumnya, warga Karang Tengah menganggap ulat sutra adalah hama yang menyebabkan daun-daun tanaman mereka gundul sehingga tidak jarang mereka membasminya, menggoreng, lalu memakan hama itu.
Sebagai mitra Universitas Gadjah Mada yang kerap menyusuri pedesaan di Yogyakarta, Prof Hiromu melihat hal itu. Dia terkejut setelah mengidentifikasi ulat sutra yang dibunuh penduduk itu adalah jenis Cricula triphenestrata. Spesies ini adalah satu-satunya spesies di dunia yang memproduksi benang sutra berwarna emas.
Hiromu pernah mencoba membudidayakan Cricula di Jepang, tetapi gagal. Tampaknya spesies ini hanya hidup di habitat dan iklim tertentu, seperti di Pulau Jawa. Cricula merupakan spesies unggul ulat sutra di Pulau Jawa, selain spesies lain seperti Attacus atlas dan Antheraea. "Karena ulat sutra liar Cricula hanya hidup di Indonesia, seharusnya kainnya menjadi produk eksklusif Indonesia. Boleh jadi dapat sejajar dengan produk internasional seperti Armani dan Gucci," kata Fitriani.
Satu kilogram benang dari ulat murbei yang dikolonikan di ruangan harganya Rp 60.000-Rp 120.000. Sedangkan, 1 kg benang dari ulat sutra liar berwarna coklat harganya Rp 1,5 juta dan berwarna emas Rp 2 juta per kg.
oleh: ayi_d9@yahoo.com

Ulat Sutera: Uluran Tangan “Saudara Tua”




oleh: HARYO DAMARDONO

”Lihat, kokon (kepompong) ulat sutera ini berwarna keemasan. Sekarang kami menanam pohon tidak hanya agar ulat hidup, tetapi agar hidup kami membaik,” ungkap Sabar, penjaga hutan Karang Tengah, Imogiri, Kabupaten Bantul. Hutan itu sedang dihijaukan pemerhati ulat sutera, keluarga Keraton, Pemda, dan penumpang Garuda Indonesia rute Jepang.

Hutan Desa Karang Tengah berjarak 15 kilometer tenggara pusat kota Yogyakarta, atau 2 kilometer dari pemakaman raja-raja Jawa Imogiri, yang dibangun Sultan Agung Hanyokrokusumo tahun 1645. Topografinya berbukit-bukit, dengan bukit Imogiri seolah menjadi sentralnya.




Pak Sabar pun mengajak berkeliling, memamerkan reboisasi yang mengubah lahan kritis menjadi hutan perkembangbiakan ulat sutera. Sesekali, dia menunjuk ulat-ulat sutera, yang hidup di pohon jambu mete, alpukat, sirsat, mahoni, dadap, atau keben.

Tiap kali ditanya, dia, yang bersetelan hitam-hitam dilengkapi sepatu laras, mengawali jawaban dengan kata, ”Siap!” Lebih mirip paramiliter daripada abdi dalem, walau tanah yang dipijaknya merupakan Sultan Ground, lahan milik Keraton Yogyakarta Hadiningrat.

Sabar adalah warga Karang Tengah. Layaknya warga desa Karang Tengah lainnya, Sabar tidak terlalu sejahtera. Tinggal di kawasan berbukit-bukit, membuatnya mustahil menanam padi, apalagi air sulit didapat. Di kawasan ini bermukim pula transmigran lokal, diantaranya pedagang Parangtritis, para korban gempa bumi Yogya.

"Kami mendapat banyak tawaran lokasi, diantaranya di Kaliurang. Tetapi lebih baik di Karang Tengah untuk sekaligus memberdayakan masyarakat kurang beruntung,” kata Direktur PT Yarsilk Gora Mahottama Fitriani Kuroda.

Fitriani adalah pendamping warga Karang Tengah. Dia eksportir benang sutera tujuan Jepang yang kerap bekerja sama dengan Gusti Pembayun, puteri sulung Sultan Hamengkubuwono X. Gusti Pembayun-lah yang memperkenankan Sultan Ground Karang Tengah disulap jadi koloni ulat sutera.

Awalnya, adalah Profesor Hiromu Akai, Ketua Perkumpulan Sutera Liar Dunia, yang mencekoki pikiran kerabat keraton Yogyakarta termasuk Fitriani, bahwa ulat sutera Indonesia sangat bernilai. Bukan ulat sutera budidaya, tetapi ulat sutera liar.

Sebelumnya, warga menganggap ulat sutera sekedar hama, sekedar entung, ungkrung. Kedatangan ulat sutera yang menggundulkan seluruh dedaunan bahkan dibahasakan sebagai ”serangan”. Tidak jarang, entah apakah dimaknai sebagai aksi balas dendam, warga mengganyang, menggoreng lantas memakan hama itu.

Sebagai mitra Universitas Gajah Mada, yang kerap menyusuri pedesaan di Yogyakarta, Prof Hiromu melihat realita itu. Dia terkejut! Terlebih, setelah dia mengidentifikasikan ulat sutera spesies Cricula Triphenestrata, sebagai satu-satunya spesies sutera liar di dunia yang menghasilkan benang warna emas.

Prof Hiromu sempat mencoba membudidayakan Cricula di Jepang namun gagal. Tampaknya, spesies ini hanya hidup di habitat dan iklim tertentu seperti di Pulau Jawa ini. Cricula merupakan spesies unggul ulat sutera di Pulau Jawa, selain spesies ulat sutera lain yang hidup di pulau ini seperti Attacus atlas dan jenis Antheraea

“Karena ulat sutera liar spesies ini hanya hidup di Indonesia, seharusnya kainnya menjadi produk eksklusif Indonesia. Boleh jadi, produknya dapat disejajarkan dengan produk brand internasional seperti Armani dan Gucci,” kata Fitriani penuh semangat.

Sekedar pembanding, satu kilogram benang dari ulat murbei yang dikolonikan di ruangan dihargai Rp 60.000- Rp 120.000. Sedangkan satu kilogram benang dari ulat sutera liar dihargai Rp 1,5 juta (warna cokelat) hingga Rp 2 juta (warna emas).

Dikatakan Fitriani, bila Indonesia mengandalkan produk ulat sutera murbei, maka kalah bersaing dalam kualitas dan harga dibanding China. Negara yang mengembangkan budidaya ulat sutera sejak 5.000 tahun lalu yang diperkenalkan permaisuri Lei Zu.



Penumpang Garuda
Berbeda dengan ulat sutera budidaya, yang dikoloni di ruangan, ulat sutera liar hidup di luar ruangan. Lebih rentan terhadap predator seperti semut, burung dan cecak, tetapi benangnya lebih berkualitas. Bagai ayam broiler dibandingkan dengan ayam kampung.

Karena hidup di alam maka dibutuhkan lahan luas untuk menanam pohon dimana ulat sutera hidup. Dari Sultan Ground Karang Tengah seluas 40-an hektar, maskapai Garuda Indonesia menyepakati penghijauan di atas lahan 12 hektar dengan menanam hingga 50.000 batang pohon.

Bertajuk ”One Passenger, One Tree”, nantinya penumpang Garuda rute Jepang, diharapkan menyisihkan dana 1.000 yen membeli satu pohon. ”Penumpang Jepang sangat setuju. Mereka menghargai terbang bersama Garuda sebab merasa turut menghijaukan lingkungan dan mengurangi pemanasan global,” ujar juru bicara Garuda Indonesia Pujobroto.

Mengapa warga Jepang, sang saudara tua yang diajak terlibat? Sebab warga Jepang dengan tingkat kesejahteraan tinggi, lebih sensitif dengan isu lingkungan. Mereka lebih menghargai produk alam, apalagi kemudian diproses dengan tangan, hand-made.

Dibayangi kebudayaan China, orang Jepang mengakrabi kain sutera. Warga Jepang pun menyukai karya yang kaya dengan detail dengan kualitas terbaik. Maka ”saudara tua” ini, dinilai cocok jadi bapak angkat warga Karang Tengah.

”Kami juga membuat program eko-tourism. Jadi turis Jepang tidak hanya datang ke Borobudur atau Bali, tetapi diajak ke desa wisata lingkungan seperti Karang Tengah,” kata Arif Wibowo, Manajer Distrik Garuda Indonesia untuk Jepang, China, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Kini, Garuda telah melayani penerbangan menuju Tokyo dan Osaka. Bulan Juni 2008, akan dibuka rute Denpasar-Nagoya, yang uniknya sudah 70 persen kursi pada bulan itu laku terjual. Tiap tahun ada 100.000 penumpang untuk rute Tokyo, dan 60.000 penumpang untuk rute Osaka. Sebanyak 80 persen penumpang ternyata berstatus turis!

Dampak pariwisata baru akan terlihat setelah Hutan Karang Tengah semakin rimbun. Namun kini, ibu-ibu dari sekitar 100 kepala keluarga Karang Tengah, telah menikmati hasil industri rumah tangga ulat sutera.

Dalam seminggu, mereka dapat menyelesaikan empat lembar atau sheet kerajinan ulat sutera liar. Tiap lembar dihargai Rp 17.000. Ketika Karang Tengah belum menghasilkan cukup bahan baku, kokon didatangkan dari Kabupaten Gunung Kidul.

Bupati Bantul Idham Samawi menyambut baik uluran tangan berbagai pihak terhadap Karang Tengah. Dikatakannya, lahan yang semula tandus ternyata dapat dijadikan desa wisata. Pemandangannya bagus. Jalan aspalnya, tanpa lobang.

Fitriani menjanjikan pula pendirian laboratorium ulat sutera, selain pabrik pemintalan benang dan wisma penenunan kerajinan ulat sutera. Akan dibangun pula pondok-pondok penginapan, dengan material kayu.


Desa Karang Tengah, nantinya akan melengkapi ”koleksi” desa wisata Kabupaten Bantul. Saat ini, sudah dikenal Desa Manding (kerajinan kulit), Desa Kasongan (kerajinan Gerabah), Desa Pundong (kerajinan Gerabah), Desa Banyusumurup (kerajinan keris), serta Desa Pendowoharjo (kerajinan patung primitif).

Jumat, 29 Oktober 2010

Menjahit

Sebenarnya sudah sejak lama aku ingin sekali bisa menjahit hanya saja aku belum punya waktu untuk kursus menjahit karena selama ini pekerjaan kantor adalah sumber utama pemasukan bulananku. Jadi waktu-waktu kemarin aku masih tidak terlalu menganggap penting kursus itu, hanya sekedar hobi saja untuk memuaskan rasa penasaranku mengenai dunia tersebut.

Namun kini semua sudah berubah, karena aku sudah memutuskan untuk menjadi 100% pekerja rumahan, maka aku ingin sekali memanfaatkan waktu yang aku punya dengan memuaskan rasa penasaranku untuk memainkan bahan dan menusuk jarum. Dan akhirnya aku mulai mencari-cari informasi tempat kursus jahit di daerah sekitar tempat tinggalku. Alhamdulillah memang sudah rejeki, di depan perumahan tempat tinggalku ada sebuah kursus jahit, iseng aku bertanya kesana. Tempat kursus jahit tersebut adalah Adis Modeste. Tempatnya ada dijejeran depan perumahan Duta Indah, Jati Makmur, Pondok Gede. Biaya pendaftarannya menurutku lumayan murah, Rp. 350.000 dan biaya bulanannya Rp. 65.000 sedangkan buku panduannya Rp. 75.000. Untuk alat jahitnya sudah disediakan, tapi bahan kita bawa sendiri. Walau begitu, pemilik kursus juga menyediakan bahan-bahan jika kita ingin lebih praktis membeli bahan disana. Kursus diselenggarakan 3 kali dalam seminggu yaitu Senin, Rabu dan Kamis kalau tidak salah, dan ada 2 pilihan waktu belajar yang bisa dicocokan dengan waktu luang kita yaitu dari pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB atau dari pukul 14.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB.

Selain itu aku juga tertarik untuk belajar sulam pita, sulam benang dan payet. Aku belum tanya di sana juga mengajarkan kursus payet atau tidak. Tapi aku pernah mendapat informasi dan menanyakan tempat kursus sulam benang, payet dan sulam pita juga melukis kain adalah Rp 200.000 dan itu akan diajarkan sampai bisa. Tempat kursusnya ada di Jl. Raya Jati Makmur, kalau dari arah Pasar Pondok Gede, dia berada disebelah kiri jalan raya sebelum pasar swalayan Tip Top. Tapi tempatnya tampak kurang nyaman sih, agak berdebu dan tampaknya sang pemilik terlalu sibuk untuk bisa sempat membersihkan show roomnya karena waktu pertama kesana aku tidak bertemu dengan beliau karena menurut asistennya sedang mengikuti pameran di Temanggung, Jawa Tengah. (tempatnya 2 lantai, lantai pertama digunakan sbg showroom seadanya, tampak bahwa barang yang dipajang jarang di update dan dibersihkan, karena plastik baju pembungkusnya berselimut debu tebal sekali). Untuk sementara aku masih maju mundur untuk kursus disana, karena aku tampaknya sudah terbiasa dengan sulam benang dengan cara belajar otodidak lewat buku saja.

Yang ketiga adalah bahwa aku ingin sekali memiliki mesin jahit. Nah masalah mesin jahit inilah yang membuat aku kelimpungan. Sebab, budget ku terbatas sekali. Tapi aku ingin mempunyai mesin jahit yang tahan banting dan bisa digunakan untuk mengerjakan patchwork, karena pada dasarnya aku ingin menguasai ilmu jahit untuk kerajinan, bukan untuk membuat baju atau pakaian. Dasar pertimbanganku adalah aku menarik jangkauan terjauh dari apa yang ingin aku kerjakan saat ini dan kedepannya, mungkin dalam waktu 5 tahun ke depan sampai aku bisa mengumpulkan uang untuk nge-upgrade mesin jahit milikku. Aku sudah memcari informasi secara online dan pilihanku mungkin ya, baru mungkin, jatuh ke Toyota Quilt 50 dan harga barunya di toko online yang aku dapat di internet adalah antara 2,3 juta sampai dengan 2,5 juta rupiah. Tapi aku belum membuat keputusan sih, karena harga tersebut agak melenceng dari budget yang aku sediakan. Maka salah satu jalan adalah aku akan cari mesin jahit second dulu dengan spesifikasi yang tidak jauh dengan mesin jahit idamanku. Dan rencananya sabtu atau minggu ini aku akan mencari mesin jahit second di pasar minggu *joget joget mode on

oh ya, untuk yang juga sedang berburu mesin jahit, klik ini ya. Kita bisa belajar sedikit banyak mesin jahit yang kita incar, memang tidak terlalu lengkap sih, karena referensi ini orang luar punya dan mesin jahit yang beredar disana tidak mirip dengan disini. Tapi lumayan membantulah qiqiqiqi..happy hunting ^^

Caiyoooo... aku pasti bisa!!

Rabu, 27 Oktober 2010

jobless dan memulai untuk membuat suatu usaha

Akhirnya resign juga. Walaupun aku yakin bahwa ini keputusan yang paling tepat untukku, tapi tetap saja terbesit dikepala tentang pertanyaan, what's next?

Walaupun begitu aku rasa aku tidak takut sama sekali. Malah aku sedang mencoba untuk menemukan sesuatu untuk bisa di gali di tanah kelahiranku, gunung Kidul. Daearah itu kering, dan hanya beberapa tanaman yang cocok untuk bisa dibudidayakan disana, seperti singkong, mangga, jambu monyet. Tanahnya tandus dengan panas yang menyengat.

Limpahan sinar matahari mencetuskan sebuah ide yang menarik untukku. Usaha rumahan membuat keripik atau sesuatu yang memanfaatkan sinar matahari adalah sesuatu yang bisa dipertimbangkan. Kalau di ingat-ingat, beberapa lahan juga ditanami pohon melinjo dan aku pernah melihat bahwa pohon tersebut tidak dimanfaatkan dengan maksimal hasilnya. Mungkin karena orang-orang desaku belum terlalu paham tentang pemanfaatan dan pengolahan buah melinjo. Padahal kalau dimanfaatkan, banyak sekali yang suka dengan emping melinjo. Dan aku rasa tidak akan sulit memasukkan hasil produksi ini ke pasar.

Berbicara tentang usaha rumahan, desaku juga penghasil ketela pohon atau yang sering disebut dengan singkong. Keripik singkong adalah kudapan yang banyak disukai orang. Sudah pasti, membuat keripik singkong pedas yang bisa menyaingi keripik binjai adalah sebuah ide yang hebat. Aku sudah menemukan cara yang tetap untuk membuat singkong menjadi renyah dan gurih serta tidak lengket saat digoreng. untuk membuat keripik renyah, singkong yang sudah dipotong-potong menurut selera kemudian ditaburi dengan baking soda atau soda kue. Tapi cara ini bisa membuat singkong menjadi terlalu empuk dan hancur saat di goreng, salah satu cara untuk menyiasatinya adalah dengan memotong singkong tersebut sedikit lebih tebal.

Aku tidak takut karena tidak punya pekerjaan. Yang harus dilakukan sekarang adalah membulatkan tekat dan memberanikan diri untuk berdikari. Bismillah ya Rab. Amin.

Rabu, 08 September 2010

Sang Pencerah

Sang Pencerah adalah sebuah film yang disutradarai oleh salah satu sutradara muda Indonesia. Banyak orang bilang ia berbakat. mungkin, karena aku sendiri bukan salah satu penikmat film buatan negeri ini. Bukan karena aku belagu, bukan juga aku sok dan kebarat-baratan sehingga mengalahkan karya lokal demi kepuasan panca indrawi. Hanya saja karena memang aku tidak terlalu suka dengan balutan dan ide-ide dari film lokal yang kebanyakan nggilani.

Tapi entah kenapa aku buat pengecualian untuk satu buah karya ini. Aku melihat triller film tersebut saat duduk asyik sambil ngemil keripik singkong rasa bumbu ayam vetcin pabrikan dan minum teh melati botolan dalam acara kencan nonton dgn hubby dimalam ulang tahunnya di bioskop 21 Setia Budi, menunggu pemutaran film Salt-nya Angelina Jolie. Seperti biasa muncullah berderet-deret iklan tanpa permisi dan basa basi. Aduh rugi amat deh nonton iklan pakai bayar karcis segala. Dan salah satu triller yang nyangkut diantara potongan-potongan heboh film berbuntut "cooming Soon" itu adalah film Sang Pencerah. Wow, boleh juga nih. Aku suka idenya. Sebuah sejarah tentang seorang kiai yang lahir dan besar di sebuah komunitas agamis di Yogjakarta. Tapi kemudian aku segera lupa karena di triller itu tdk dicantumkan waktu tayang di bioskop, hanya coming soon aja. Aneh, untuk apa bikin penasaran kalau kemudian kita tidak dikasih tahu tanggal mainnya? yang ada malah lupa deh hehehehe

Beberapa hari yang lalu aku dan hubby bertandang ke rumah seorang teman dekat. Tepatnya sih begadang, karena kami pulang pukul setengah 5 pagi. Temanku menceritakan tentang novel yang dikarang oleh saudara iparnya, novel itu ternyata berjudul sama dengan film yang aku pernah lihat trillernya di bioskop tempo hari. alhasil novel tebal itu berpindah tangan padaku, entah sampai kapan, karena hingga kini masih teronggok di pojok ruangan. Seperti mengingatkanku untuk mengbalikan pada tuannya. Tapi sebenarnya belum genap seminggu dia berpindah tangan, karena aku membuka halaman pertama dan menutup halaman terakhirnya hanya dalam waktu sehari saja. Yup benar, novel itu kulahap dalam tempo sehari! Aku suka alur cerita dan konflik yang dibangun oleh novel tersebut.

Dalam novel tersebut, Kiai Dahlan; sang tokoh, adalah seorang sosok yang penuh idealisme. Dahlan muda adalah seorang anak yang kritis. Ia adalah anak seorang kiai besar yang didalam darahnya mengalir darah sunan Maulana Malik IBrahim, salah seorang anggota Wali Songo. Wali Songo adalah 9 tokoh terkenal di pulau jawa yang mengenalkan agama Islam pertama kali kepada masyarakat di pulau jawa. Mereka menjadi suri tauladan, bahkan beberapa dari tokoh tersebut dikultuskan, dan makamnya sering menjadi sasaran ziarah massa.

Kiai Dahlan hidup di masa ketika Yogyakarta mengalami penderitaan dan kemiskinan hebat akibat tindakan tanam paksa yang diberlakukan oleh belanda. Sang penulis sangat pintar menggambarkan situasi kemiskinan dan keterpurukan tersebut. Lazim pada zaman tersebut semua orang tidak pakai sepatu. Hanya priyayi, londo (belanda) dan pejabat kerajaan saja yang bersepatu ataupun pakai selop. Karena itu kaki-kaki mereka menjadi lebar seperti kaki bebek. Aku jadi teringat oleh cerita dari guru biologi di SMP, bahwa kaki besar dan lebar itu ternyata ada untungnya sebab bila berjalan telanjang kaki di tempat licin tidak akan gampang terjatuh karena tapakan kaki lebar itu lebih stabil dan kokoh. hemh, guruku itu adalah seorang yang positif thinking, bisa memikirkan sesuatu yang menguntungkan dari situasi yang cukup memalukan untuk sebagian orang. Demikian juga dengan Kiai Dahlan, idealisme-nya dalam memandang setiap perkara yang dianggapnya salah dan tidak masuk akal keimanannya dan juga caranya mengajarkan ilmu keagamaan dengan mudah dimengerti membuatnya terkenal dan disukai anak muda. Namun tidak oleh mereka yang lebih tua. Bahkan kakak iparnya sendiri.

Namun sayang semua gambaran di novel tersebut tidak aku lihat di filmnya. Alurnya terlalu cepat, gambaran-gambaran mengenai sosok kiai Dahlan tidak terbangun dengan bagus. Konflik-konfliknya tidak terbangun dengan sempurna. Gambaran-gambaran suram mengenai rakyat tertindas yang menjadi pokok perjuangan kiai ini dan juga tradisi-tradisi yang dipertanyakannya tidak terbangun. Tokoh yang memerankan Siti Walidah, istrinya, juga tidak tepat. Yang aku lihat hanya dialog-dialog panjang dengan jeda terlalu di ulur. Intinya: KECEWA. Apalagi ku dengar film ini berbudget 24 Milyar. Sebuah pemborosan yang sia-sia jika hasilnya hanya seperti itu.
untuk rating skala 1 sampai dengan 10, poin 6 saja dariku. Maaf ya Hanung. Saya tidak suka hasil kerja Anda.

Jumat, 03 September 2010

Nyasar di ITC Kuningan

THR sudah tiba..yipeee.. senangnya hati karena ini motivasi terbesar buat bertahan selama ini dengan situasi kantor yang seperti itu. Sudahlah, tidak perlu membahas masalah sampah beginiian. Kembali ke laptop, begitu kata si pelawak bergigi tonggos yang hoki, mas Tukul bukan ikan Arwana. so, berhubung uang ekstra di rekening, aku langsung pergi ke ITC Kuningan. Nggak mau tunggu-tunggu lagi ah, biasanya kalau nanti-nanti malah amblas dikit-dikit nominalnya hehehehe..

Mau tau aku ngapain ke ITC? beli baju baru buat lebaran? nope. Belanja gila-gilaan? no way dude..so what? hehehe aku beli emas batangan. investasi yang penting nih, karena menurut berita di koran, nilai mata uang indonesia kemungkinan akan menurun tahun 2011 akibat dari penurunan pertumbuhan ekonomi domestik. Haduhh tape dehhhh...
aku memang sudah rencana sih, dari dulu malah. tapi belum pernah terealisasi, sampai kemarin itu. Kebanyakan uang itu mengalir ke kebutuhan yang tidak terduga. Hemh, punya rekening untuk dana darurat memang penting juga ya. Walaupun hanya beli bohlam buat mengganti lampu yag putus atau benerin dvd player yang rusak, ternyata dalam satu tahun angkanya tidaklah kecil. Hufh..harus dipikirkan mulai bulan depan.

Anyway, sebenernya aku malu untuk ngaku, tapi aku sempet bingung waktu di ITC itu. Selain ramai juga, kok kelihatannya makin berantakan deh. yang jualan baju berantakan dimana-mana, kios-kios kecil bertebaran disana-sini..dan saya akhirnya tersesattttt!! ya ampunnn..memalukan. perlu 3 kali keliling naik turun eskalator , bolak balik di lantai 2 juga karena aku yakin toko itu ada di lantai 2 dan akhirnya setelah menyerah di lantai 2, aku kemudian bertanya ke pada 2 satpam yang berbeda karena setelah mendapat informasi dari satpam pertama aku masih tetep keder..astagaahh!

Akhirnya berhasil juga dapet deh counternya. Dan..pantas saya keder karena ternyata desain toko tersebut berubah warna. Dulu sewaktu saya kesana, warna dasar toko tersebut adalah putih, kini berubah jadi hitam. Ampunnn.
Sayangnya saya terlambat datang 3 hari. Karena ternyata harga emas murni tersebut sudah naik 20 ribu per gram sejak itu. sekarang toko tersebut menjual emas batangan murni 24k produksi ANTAM bersertifikat dengan harga 380.000 rupiah/gr. Tapi karena memang sudah niat dan takut uang ini tidak mungkin akan tersimpan bulat lama-lama akhirnya aku memutuskan membeli 20gr. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar dan aman, walau aku harus pulang dengan cara ngangkot. tapi sempet takut juga dengan kejahatan-kejahatan menjelang lebaran yang kian marak. Tapi bismillah aja lah dan ternyata Tuhan melindungi.

Sepertinya bulan-bulan berikutnya aku akan mengalokasikan gajiku berinvestasi emas jenis ini saja. Walau mungkin orang akan melihat kami dengan sebelah mata karena kami memang bukan manusia dengan penampilan yang mengagumkan. Tapi tidak jadi soal, karena yang terpenting adalah rasa nyaman dan aman. Tidak pernah berhutang dan selalu bersyukur. Bukankah itu syarat yang terpenting untuk tenang dalam menjalani hidup ini?

Minggu, 15 Agustus 2010

Mimpi

Dulu ketika aku adalah seorang anak kecil yang lugu, dunia terhampar luas tak terbatas. Angkasa begitu rendah untuk digapai. Begitu besar keinginan untuk menjelajahi dunia yang luas. Pilihan-pilihan dari segala kemungkinan selalu menari-menari dipelupuk mata bahkan dalam mimpi. Angkasa adalah tempat jiwa dan impianku menari-nari tanpa batas keinginan. Hidup begitu indah, penuh harapan dan janji jiwa yang ingin ku patri dalam-dalam.

Kini, hampir 5 tahun lebih dari usia seperempat abadku. Dunia mengecil selebar tidak lebih dari daun kelor. Angkasa menjaga jarak dan beranjak lebih jauh. Impian-impian itu tak ada lagi punya tempat untuk menari-nari. Tak ada waktu untuk berbicara dan bercinta dengan angan-angan sendiri. Siapakah aku? mengapa aku bisa sampai disini? Apa yang aku inginkan kini? Bagaimana aku? Mau jadi apa aku? Aku tenggelam. Semua gelap.

Apakah orang dewasa tidak berhak memupuk impian? aku tersesat. Tidak tahu ingin kemana. tidak tahu bisa kemana dengan berbuat apa.

Keinginan terbesarku adalah menjadi sesuatu yang hebat. tapi keadaan kehidupan selalu memberikan batasan-batasan label yang aku tidak mampu untuk menembusnya. Apakah itu yang bernama realitas? sebuah batasan yang nyata antara dunia mimpi dan dunia nyata tempat aku berdiri saat ini sebagai seorang dewasa.

Lalu mengapa orang dewasa selalu saja bisa terkagum-kagum dengan impian tak nyata dari seorang anak yang dia tahu kelak itu adalah sesuatu yang unrealistis bagi anak tersebut. Mengapa?

Kamis, 14 Januari 2010

Let Me Share You My Story

Dear Gabriel,

I will tell you a story, it might be a long story and I hope you have enough time to listening what I am going to tell you. It is story about me and my life, I think you deserve to know it all.

I was born in a hard, dry-land village, it is named Gunungkidul, at Jogjakarta. I have 2 sister, we all 3 siblings and I am the oldest. My mother is a farmer and she has been doing the best she could to keep her daughters well and educated in a hard fight for years. My father used to be a bus driver in Jakarta. I don't know him well because he rarely come to visit us. Tough I spent my childhood near him before, but I think I don't remember lot of things about him. And we never have good time together, we seems never match about anything particular. I am my father big nightmare. I use to argue and fight him. I think this is because I have a certain closeness to my mother knowing her fight for her descents, while my father was having affair to another woman. My father is a fully jealous hard to handle and very emotionally unpredictable man. My parents always fight for everything. I guess now you know where I got my stubbornness DNA.

I always wanted to leave my home. After graduated from high school I commit to Jakarta releasing my self from suffer. Take my self into something that I dream of, to study with my own exes. I did everything from become a cashier to a blue scholar worker at a cloths factory and also a waitress. It is so hard to be lonely when you have big dreams in your mind, meanwhile you also have to take care of rebellious sisters, send your mother sum of money regularly each month to help her survive. On my way of struggling..I was arranged to meet you by God. At the beginning I was skeptic to your effort, I was working in a place that people assuming to be a place of nasty that every one on it should be easy to take. A lot of guesses thought that every one of us can be taking to sleep with. That's why I decided to leave you after have no clue about our distance relationship. I was crying imagining that you might laugh at me being so naive in a jungle of nasty whom can't banned herself from your negative intention like I usually do to other guesses that have similar effort like yours.

After you gone away, I stand for nearly 2 years being single. Until he came to my live. At the beginning he took a part as my best friend. He always becomes my turn when there is no single entrance or escape I found. He insist to stand by me. I never thought about it until he said that he wants to marry me. Firstly I refused to give my freedom away earlier. I still have a lot of things to do. But his effort too big to handle. He is so lovely person that my family couldn't say "no" word to his presence. He has helped us so much. My mother forced and convinced me that he is the best one I could get, after all we have such moral duty due to his kindness not to mention that I reached 27 years old already -a little too late to marry. But deep down I admit that he is so warm and full of understanding to my stubborn and rebel acts.

In December 2007 I married him. It was a simple ceremony which held in my hometown at Gunungkidul. He was orphan and his lives nothing different to mine. His father was killed on his traveling business and until now there were no clue about the killer. His mother died suffering cervical cancer. He was left by his oldest brother took care of his 2 younger siblings to marry a girl that have been impregnate by his brother him self. The marriage held few moths before their mother died not blessing the couple because she didn't agree to the girl his brother has chose.

But he care to me too much. He never allow me go anywhere without him besides me. I never could go with another friend without his presence, even if that person is my own best friend from I was little kid. I couldn't again doing my outdoor lonely adventures like I used to do. No more mountains, jungles, beaches. I lost my freedom, but this is the price. Sometimes I ask why he does this? He always smile and said that he wouldn't forgive himself in case something happened to me. or sometimes he just laugh making fun and say: "you're too priceless, I don't want you to be kidnapped", to this answer I just can remain in silence. But I know, he just want me to be his center of the world and surround his life just like he has roles in me. I always set him free, I never ask what time he will reach home after meeting his friends or doing something outside. I give him such huge understanding; not ever jealous to him hoping that he would do the same for me. But it seems useless. I just bury my sorrow deep down. There might be twice or three times I start a conversation about this sorrow, I want my freedom and go away from this marriage, but he always beg me not to leave him and the effort just ended with tears all over my eyes. I just couldn't hurt his heart. He is too kind and I just can't stand to his fragrantly. I feel like that I am the bad guy. And that is Crushing my heart.

He also succeed to reunite my family. He can act to be a role mode without be seen too much bossy. Because of him my father become a better parents now. My father changes way better. My mother and sisters also adore him so much. Tell me what can I do about it? I owe him too much that I think there is nothing I can give to pay off what he brings and done, not even my live. There would be nothing better than this, nor my freedom.

So, I think this is my destiny. I am gonna give up my hope, freedom and happiness. I am quite flattering with his devotion. As long as he is a loving and carrying me there is nothing I could ask more. To me, this marriage is a bond to my family happiness. And I am happy as long as he can secure my heart. And I realized now that this is the price of my priceless freedom. Well..I guess now I am a prisoner of my live, eh?

I had been thinking for several days now, I want you to know how happy and proud I am to find you save and succeed. Now you have everything in your hand, with all the choices. You know what, just only thinking of you and whispering your name turns my heart beat twice faster, but I know there is something wrong about this relation, it is a competition of different feeling, happy versus feeling guilty to his loyal and trust. And it's slices my feeling. I know, in your heart You saw me as a stupid person who gave up. But there are so much things that I took to this game. And I'm just too afraid.

So I have to made up my mind, I release you dearest one. You free to chose who ever you want to love except me. I now find my place. I am just a shadow of your past, forget me and starting over. I am just a barrier to you since we both are hardly separated by distance and fate.

Goodbye beloved one. I always love you and please don't doubt about that, Thus, don't want to hurt you more deep. Some says that love will always set you free. And now you are as free as a bird. Please forgive me.

Send me your wedding photograph someday, will you? I would like to know your bride. I'll bet she is beautiful. And I suppose she's also so lucky.

Love,
me