Rabu, 14 Januari 2009

Kantor Pertama Kita?

Sayang,
Pagi ini kita semangat banget berangkat kerja, walau kesiangan.
Seperti ritual biasanya saat sampai meja, menyalakan komputer dan membaca rencana kerja hari ini. Meja agak sedikit berdebu, tanda memang jarang di bersihkan. Jangan marah ya jika kelak mama yang paling cerewet menyuruhmu bersih-bersih. Dari apa yang mama baca, disiplin harus di tanamkan orang tua sejak anak masih kecil. Mama bukan salah satu orang yang beruntung bertumbuh seperti itu sejak kecil.
Tumpukan majalah bahan bekerja dan koran harian berserakan di depan kiri dan kanan. Sudah ada rencana akan di bereskan, tapi anehnya selalu saja tertunda. Terlalu banyak alasan. Tapi memang benar-benar tidak ada cara selain menyisihkan waktu, dan itu yang mama belum mampu.

Meja kita kecil sayang..
Lebarnya 3 kali kotak ubin berukuran 40x40cm, panjangnya kurang lebih 1x lebih kecil luasnya. cubicle tersekat oleh semacam besi yang di lapisi papan berlapis kapur, kamu pasti heran kenapa mama bisa tahu? well, karena sekat cubicle di sebelah kiri, sudah runtuh lapisannya sebagian jauh hari dari sejak kita awal tempati. Satu-satunya hal yang menyenangkan dari 'sarang' ini adalah view-nya, cantik. Karena kita duduk dekat kaca cendela besar dengan santapan mata yang menyegarkan ke arah rimbunan gedung besar di Jalan Sudirman.

Walau gaji tidak besar dan di bawah standar, kita bahagia duduk di sini selama 1 tahun 4 bulan. Tapi situasinyanya sekarang sudah berbeda. Dengan kondisi kantor ayah yang sedang kesulitan, aku tidak bisa terus bergelut dengan segala kenyamanan ini. Sekarang, tujuan kita adalah mencari kesempatan. Kesempatan yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan yang masih berjaya dan perkasa karena di saat krisis seperti ini masih bisa menggaji orang baru.

Mari kita berdoa, sayang. Untuk segala peluang dan keberuntungan. Semoga.

Untuk Anakku

Makin lelah..Makin jengah

Akhirnya nge-blog juga. Punya diary elektronik..nggak perlu cape-cape nulis tangan, nggak perlu takut-takut dikatain tulisan cakar ayam. Warna-warni gampang dihias, nggak gunting sana gunting sini setumpuk majalah remaja tahun jebot, atau kebingungan nyimpan anak kunci dari diary bergembok karena saking takutnya dibaca orang..hehehe..plus nggak takut hanyut dan hilang saat datang banjir badang..

Sebenarnya diary ini, calon anakku sayang, ku persembahkan untukmu..
aku tidak tahu dimasamu nanti, apa aku bisa mengingat semua cerita ini...
sebelum itu terjadi, sebelum waktu nanti menelan satu persatu cerita indah dan pahit kisah perjalanan kita hingga hari ini, aku putuskan untuk menulis semua ini untukmu..kekasihku..

Maka peganglah halaman ini. Satu-satunya alat yang mungkin bisa menjembatani perasaanku dengan perasaanmu hari ini dan hari-hari kita yang lain kelak.

Satu demi satu tertulis dengan sebenarnya. Mama atau Papa bukan manusia sempurna. Hanya terdiri dari daging dan darah beserta otak dengan kapasitas seadanya. Maka dari itu, cintaku, sebait ucapan maaf bila kami sebaliknya malah membuat kamu tidak bahagia. Walau itu bukan tujuanku melakukannya.

Walau kelak banyak peristiwa yang mungkin akan membawa mama dan papa berjauhan denganmu, bukan berarti itu membuat aku tergelak bahagia.

Kamu adalah penerang kehidupan kami. Kegelapan bukan sainganmu anakku. Walau kelak ternyata mama dan papa tidak bisa memiliki wujudmu yang lahir dari kehangatan rahimku, mama tidak pernah akan kecewa. Sebab jauh di dalam hatiku, dirimu selalu bersemayam disana. Tenang. Bahagia. Tidak kekurangan.

Selamat malam penjaga kecilku...